![]() |
Ilustrasi |
KABARSINJAI.COM - Layanan buy now pay later (BNPL) milik perbankan semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Februari 2025, baki debit paylater telah mencapai Rp21,98 triliun, meningkat 36,6 persen secara tahunan (year-on-year) dengan jumlah rekening aktif mencapai 36,6 juta.
Meski hanya menyumbang 0,25 persen dari total kredit perbankan, layanan ini mencatatkan pertumbuhan signifikan.
“Porsi BNPL kecil namun terus menunjukkan pertumbuhan yang tinggi,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dalam konferensi pers terkait Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Maret 2025.
Selain BNPL, OJK juga melaporkan bahwa kredit perbankan tumbuh double digit sebesar 10,3 persen yoy menjadi Rp 7.825 triliun per Februari 2025. Kredit investasi menjadi pendorong utama dengan kenaikan 14,62% persen yoy, sementara kredit modal kerja dan konsumsi masing-masing tumbuh 7,66 persen yoy dan 10,31 persen yoy.
Dian menambahkan bahwa ruang untuk pertumbuhan kredit masih terbuka lebar berkat kondisi likuiditas yang memadai. Rasio alat likuid terhadap noncore deposit (AL/NCD) mencapai 116,76 persen, dan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) berada di 26,35 persen, yang masih berada di atas ambang batas.
Meskipun rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) grossnper Februari 2025 mengalami kenaikan tipis dari 2,18 persen menjadi 2,22 persen dibandingkan bulan sebelumnya, secara tahunan rasio ini justru membaik, turun 13 basis poin (bps).
Sementara itu, perbankan tetap menunjukkan ketahanan yang kuat
dengan rasio permodalan (CAR) yang tinggi, yakni 26,98 persen. Dian menyebut bahwa rasio ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global.
“Ketahanan perbankan tetap kuat, memberikan perlindungan terhadap potensi risiko yang dapat mengganggu stabilitas keuangan,” jelasnya seperti dilansir dari CNBC Indonesia. (*)