
INFOKESEHATAN.COM, – Sekolah online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara otomatis membuat para siswa lebih sering berinteraksi dengan gadget. Tak dipungkiri, kebutuhan ini bisa turut menimbulkan dampak kecanduan.
Psikolog anak sekaligus pelatih parenting Irma Gustiana mengaku, tak jarang mendapat ungkapan kekhawatiran orang tua terkait tumbuh kembang fisik dan mental anak mereka akibat penggunaan gawai berlebihan.
Menurutnya, gejala anak yang kecanduan gadget adalah pola perilaku yang mengganggu. “Keberfungsian dan tanggung jawab belajarnya sudah pasti jadi banyak yang lalai. Lalu, kalau gadgetnya dihentikan sebentar jadi ‘sakau’, kalau nggak dikasih jadi marah-marah dan frustasi,” jelasnya seperti dikutip dari HaiBunda pada Selasa (02/11/2021).
Dalam webinar bertajuk ‘Mindfulness Solusi Kesehatan Siswa dan Orang Tua saat School from Home’ pada Jumat (29/10/2021) lalu, dia berbagi tips menangani kecanduan gadget akibat sekolah online.
Pertama, orang tua harus memastikan anaknya paham manfaat penggunaan gawai yang mereka pakai tiap hari. “Intinya untuk anak (penggunaannya) adalah hiburan dan edukasi, sama refreshing dan untuk kegiatan sosial,” pungkasnya.
Jika anak sudah kecanduan di luar penggunaan wajibnya, Irma mengatakan perlu adanya detoksifikasi.
“Detoks ini bukan cuma makanan aja nih Bunda, tapi secara mental pun kita harus detoks. Biasanya memang pemanfaatan gadget itu dikurangi secara perlahan, yang tadinya sehari pagi-sore tidak berhenti terus, sekarang kita kurangi dulu waktunya kita ambil dua jam,” paparnya.
Dua jam waktu pengganti untuk mengurangi waktu bermain gadget bisa dialihkan pada aktivitas pengganti. Jadi, orang tua perlu merencanakan terlebih dulu dan tidak sekadar mengurangi waktunya tanpa ada arahan jelas.
“Pastikan kita memiliki alternatif dulu terkait dengan kegiatan apa yang bisa kita berikan pada anak. Kemudian nanti perlahan di-review lagi aturannya di rumah,” jelasnya.
Irma menyatakan bahwa kebijakan orang tua dan sekolah punya peran signifikan dalam mengarahkan penggunaan gawai agar tidak sampai berlebihan.
Ayah dan bunda menurutnya perlu menyampaikan apa saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat memakai gadget. Ini terutama pada anak usia di bawah 12 tahun yang perlu diawasi dengan ketat.
Jika sederet cara ini belum berhasil, dia beranggapan orang tua perlu membawa anaknya berkonsultasi ke ahli kesehatan mental. Maka, mereka akan memperoleh bantuan psikoterapi mengenai modifikasi perilaku dan dibantu dengan rehabilitasi mental.
Meski ada dampak negatifnya, Irma juga tak menampik dampak positif gadget pada anak.
“Anak-anak sekarang kreativitasnya lebih baik dibandingkan mungkin generasi zaman dulu. Karena sekarang platformnya ada, medianya ada, aplikasinya juga banyak sehingga memunculkan kreativitas,” sebutnya.
Irma menambahkan, anak zaman sekarang lebih inovatif dan -berwawasan luas, salah satunya soal kesehatan mental. Anak-anak zaman digital saat ini juga punya hasrat belajar tinggi. Hal itu bisa dilihat dari berbagai webinar di masa pandemi.
Tak lupa, Irma mengingatkan sejumlah pengaruh buruk gawai pada fisik dan mental jika tidak diawasi. Mata bisa mudah lelah, anak-anak bisa punya kecenderungan mata minus sejak kecil, postur tubuh terganggu, dan rentan terpapar konten dewasa, sampai cyberbullying.
Irma berpesan agar orang tua terus mendampingi anak-anaknya yang masih berusia 0-18 tahun. Orang tua perlu mengarahkan anaknya mengimbangi dengan kegiatan fisik.
“Jadi jangan berada di depan laptop atau gadget terus tanpa beraktivitas fisik. Pastikan 1-2 jam sehari anak mengeksplor aktivitas dengan kegiatan fisik. Karena aktivitas fisik itu juga membantu untuk melepaskan ketegangan, mengasah bakat, dan meningkatkan fokus atau konsentrasi belajar,” pungkas Irma. (Detik. com)