Geluti Bisnis Serangga, H. Ali Warga Sinjai Raup Keuntungan Puluhan Juta

KABARSINJAI.COM, Sinjai, – Keanekaragaman serangga di Indonesia tercatat salah satu yang terbesar di dunia. Kekayaan alam ini bisa dimanfaatkan menjadi bisnis yang menarik dan menjanjikan, asalkan dilakukan dengan rambu-rambu hukum.

H. Ali, warga Dusun Tajjuru Desa Bonto Tengnga, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, rupanya jeli melihat peluang ini. Tak ayal, hasil dari bisnis serangga yang telah digelutinya sejak tahun 1997 silam ini, mampu meraup keuntungan besar hingga menunaikan rukun Islam ke Lima bersama istrinya beberapa tahun lalu.

Bahkan, dari hasil bisnis serangga ini, ayah dari tiga anak ini mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga anak sulungnya menyelesaikan pendidikannya di Salah satu sekolah kebidanan ternama di Kota Makassar.

Baca Juga: Sebulan Dibuka, Wisata Alam ‘Berlayar Diatas Kabut’ Sinjai Hasilkan PAD Puluhan Juta

” Alhamdulillah pak, berkat bisnis kecil-kecilan ini bisa menghidupi istri dan tiga anak saya hingga kuliahnya selesai,” ungkap H. Ali saat tim Kabarsinjai.com sambangi kediamannya, Jumat (15/2/2019)

Lebih jauh, H. Ali menjelaskan bahwa bisnis serangga ini berawal saat mendapat kepercayaan dari konsumen untuk mengekspor serangga hidup ke Jepang.

” Awalnya pak, saya hanya melihat saja karena kebetulan saya suka binatang serangga juga. Waktu itu saya hanya menyuplai kepengepul di Bantimurung, lama kelamaan saya juga dipercaya untuk mengekspor,” sambungnya.

Bisnis serangga ini beromset Rp 25 – 30 juta sekali kirim. Dan dalam setahun, H. Ali mampu mengekspor 12.000 ekor serangga dengan rincian 7-8 kali pengiriman. Untuk sekali kirim, H. Ali biasanya mengirim 1.000 – 1.500 ekor serangga hidup berbagai jenis ke negeri Sakura.

Bermacam – macam serangga yang dikirim H. Ali ke negeri Sakura mulai dari Dorcus Tetanus, Dorcus Forry, Cyclommatus Metaliver, Odontolabis Selebensis, dan masih banyak macam lagi.

” Ada waktu pengiriman pak, antara Bulan Maret-Juli saja karena setelah melewati bulan Juli, pembeli sudah tidak mengorder lagi. Informasinya karena disana lagi musim salju,”

Tidak hanya itu, H. Ali mengaku saat ini tengah mengembangkan produk pengawetan serangga sebagai produk suvenir. Jenisnya macam-macam, mulai dari gantungan kunci, hiasan hingga bingkai serangga kumbang dengan harga jual bervariasi mulai dari Rp 10 – 15 Ribu tergantung ukurannya.

” Kalau yang mati pak tidak kami kirim karena tidak ada nilai jualnya, makanya saya awetkan untuk dijadikan souvenir seperti gantungan kunci dan lain sebagainya ,” tambahnya.

Hanya saja, usaha pengembangan produk pengawetan serangga sebagai produk suvenir ini menjadi kendala, sebab alat untuk membuat dan merangkai menjadi suvenir belum ada. Sehingga kumbang yang mati akan dikirim ke Bantimurung atau Yogyakarta.

Baca Juga: Pedangdut ‘Goyang Itik’ Bakal Hibur Masyarakat Sinjai di Malam Puncak HJS ke 455

” Kalau mati kami kirim ke Bantimurung atau ke Yogyakarta karena alat saya belum ada untuk membuat suvenir,” jelasnya.

Ia berharap ada perhatian dari pemerintah untuk melirik usaha kumbangnya, karena menurutnya bisnis yang dijalankannya ini mampu membuka lapangan kerja, khususnya bagi masyarakat setempat.

Sementara itu, Kepala Desa Bonto Tengnga, Kaswan Mahmud mengaku menaruh perhatian besar dengan usaha kumbang warganya. Kedepan, ia akan berusaha untuk membantu H. Ali dalam hal mesin pembuat suvenir.

” Ini yang tengah kita pikirkan bagaimana caranya agar kumbang yang mati tidak lagi dikirim keluar tapi dikelola sendiri, sehingga nilai jualnya juga tinggi karena tidak perlu lagi memakan ongkos kirim kalau sudah jadi,” jelasnya. (Adi)

Editor/Bahar