KABARSINJAI.COM, Sinjai – Peristiwa kerusuhan di Wamena Papua, menyisakan sejumlah cerita pilu bagi pengungsi yang kini kembali ke daerah asalnya.
Salah satunya, Hayati yang memilih mengungsi ke rumah orang tuanya di Jalan Hos Cokroaminoto, Kelurahan Balangnipa, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai.
Hayati, mengungsi bersama bayi dan seorang ponakannya yang merupakan murid kelas IV Sekolah Dasar (SD) Yapis, Wamena Papua.
Besarnya dampak kerusuhan di Wamena membuat Hayati yang merupakan warga Kelurahan Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua membuat orang tuanya khawatir dan memintanu mengungsi ke Sinjai, untuk sementara waktu.
Baca Juga: Bangun Infrastruktur Jalan, Pemda Sinjai Teken Akad Pinjaman Daerah Dengan Bank Sulselbar
Saat ditemui dikediaman orang tuanya, Hayati mengaku merantau ke Wamena, Papua sejak tahun 1989 lalu. Ia diboyong kerabatnya saat dirinya masih duduk di bangku SD.
Hayati, kemudian bersuami dan memilih untuk menetap di Papua. Ia bahkan, memiliki sebuah toko di pasar Woum Wame, yang juga hangus dibakar perusuh pada 23 September lalu.
Toko senilai Rp500 juta tersebut disewakan kepada seorang pedagang saat Hayati pindah ke Elelim Yalimo untuk melanjutkan usaha dagangannya tahun 2012 lalu.
Sejak kerusuhan Wamena, Hayati dan keluarganya menginap di Mapolres Yalimo, sebelum kemudian memutuskan mengungsi ke Sinjai.
Perempuan berusia 36 tahun ini oun mengaku sedih, lantaran kerusuhan Wamena membuat puluhan jiwa tak berdosa melayang dan memicu gelombang ribuan pengungsi ke sejumlah daerah.
Padahal menurut Hayati, selama puluhan tahun ia tinggal di Papua, dirinya mendapat perlakuan baik bahkan merasa sidah menyatu dengan penduduk Asli Papua.
“Sebenarnya kalau mau dipikir orang papua bagus, kalau walaupun kita tidak kenal kadang kasih salam kalau kota berpapasan selamat pagi, selamat siang, kalau saling ketemu to baku peluk, kami lagi kalau sama-sama peremuan to kami baku peluk”, ucapnya dengan nada sedih, Jumat (04/10/19)
Suami Hayati, bernama Kamaruddin dan seorang anaknya, akunya kini masih berada di Yalimo, Papua. Keduanya, memilih bertahan kendati harus menginap di Mapolres setempat.
Hayati, juga berjanji akan kembali ke Papua, bila sudah dipastikan aman. “Inshaa Allah kalau aman ya kembali karena tahun 2000 juga begitu kalau aman kami kembali, karena kami juga sudah mendarah daging, sudah bersatu begitu, saya sebenarnya tidak tega pulang tapi mama bilang nanti dia sakit kalau tidak pulang, belum ada jadwal tapi yang penting kalau aman kita kembali”, tambahnya.
Hayati bersama Bayi dan ponakannya tiba di Sinjai, pada Kamis (03/10/19) sore, setelah menempuh perjalanan panjang yang melelahkan.
Baca Juga: Berkat Operasi Katarak Gratis Pemkab Sinjai, Warga Ini Sudah Bisa Beraktifitas Normal
Dari Yalimo Papua, Hayati menumpangi mobil ke Wamena. Kemudian naik pesawat Hercules milik TNI ke Merauke bersama 250 pengungsi dari berbagai daerah.
Selanjutnya, Hayati membeli tiket pesawat komersil menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar.
Hayati mengaku bersyukur dapat bertemu keluarganya di Sinjai, namun ia juga sedih lantaran meninggalkan Papua, tanah rantau yang sangat dicintainya. (Chali)
Editor / Andis