KABARSINJAI.COM, Opini, – Perkembangan arus globalilisasi yang sangat pesat terkadang disebut sebagai era digital, HMI tak mampu lagi memperlihatkan perannya. Era digital adalah sebuah masa dimana pengaruh teknologi sangat dominan dalam kehidupan manusia.
Di era ini mahasiswa maupun kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ikut terlena dengan banyaknya fitur atau aplikasi dunia maya berupa Facebook, WhatsApp (WA), game domino, Tiktok, Youtube, dan fitur-fitur lainnya. Sebagian besar kader HMI telah terlena dengan fitur-fitur diatas, bahkan mulai dimanjakannya.
Seolah-olah ketika seharian tidak buka facebook atau WA, maka ia merasa kehilangan suatu aktivitas pentingnya. Jika kita banding-bandingkan, bisa kita lihat hari ini berapa jam kader HMI membaca buku, dan berapa jam asyik bermain dengan Handphone-nya.
Jelas lebih lama bermain HP daripada bermain dengan buku. Sehingga dalam menangani hal ini, banyak senior-senior HMI yang membuat buku ataupun karya tulis atau blog, seperti: Nike Ardina dan Akhyar Saddad, mengeluarkan buku dengan judul “Islam di Era Digital”, yang membahas tentang peranan generasi islam dalam beradaptasi dengan era teknologi.
BACA JUGA: Gegara ini, Kadis Kominfo Sinjai Sebut Insan Pers Mitra Strategis Pemerintah
Mereka menjelaskan bahwa mestinya generasi muslim menjadikan facebook, BBM, twitter, dan fitur-fitur lainnya sebagai lahan dakwah dalam menjalankan tugasnya sebagai generasi yang amar ma’ruf nahi mungkar.
Melihat perkembangan zaman atau lain katanya zaman now, dapat dikatakan bahwa di era digital sekarang yang penuh dengan badai teknologi, kader HMI mestinya tetap menunjukan eksistensinya sebagai kader yang unggul dengan tidak melepaskan islam sebagai ideologinya.
Di tengah gejolak globalisasi, kader HMI sudah seharusnya menjadikan lahan facebook, WhatsApp, twitter, dan fitur-fitur lainnya sebagai lahan dakwah untuk menyeru kepada kebaikan apalagi kader HMI identik dengan diskusi dan
budaya buku yang sangat bagus.
Ini adalah sebuah misi besar yang diemban umat islam sebagai dinul yang rahmatan lil alamin. Dengan adanya kader khairah ummah, HMI akan menjadi organisasi terbesar dengan kualitas yang mumpuni. Sehingga dengan ini akan
lahir kader HMI yang kompetitif diera digital dengan tidak melepaskan islam sebagai ideologinya.
Ciri khas pola gerakan HMI sejak awal berdirinya adalah tidak memisahkan gerakan politik dengan gerakan keagamaan. Berpolitik bagi HMI adalah suatu keharusan, sebab untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan HMI haruslah dilakukan secara politis.
Hal ini dikuatkan pula oleh pendiri HMI Lafran Pane, bahwa bidang politik tidak akan mungkin dipisahkan dari HMI, sebab itu merupakan watak asli HMI semenjak lahir.
BACA JUGA: Temui Wabup Sinjai, Pengurus SPS Akan Lakukan ini
Namun hal itu bukan berarti HMI menjadi organisasi politik, sebab HMI lahir sebagai organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan, yang menjadikan nila-nilai Islam sebagai landasan teologisnya, kampus sebagai wahana aktivitasnya, mahasiswa Islam sebagai anggotanya.
Selain dari itu kader HMI harus independensi karena HMI memiliki cita-cita yang mulia, semangat keislaman, dan keindonesian perlu dijaga karena itu merupakan harga mati.
Dan sebagian besar kader HMI ketika azan berkumandang tetap melanjutkan aktivitasnya tidak ada rasa tanggung jawab sebagai hamba Allah, bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Tertera dengan jelas pada Surah Az-Dzariyat Ayat 56.
Penulis: Don Akbar
Tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis!