Revitalisasi Bahasa Lampung, GIL: Patut di Apresiasi

IBC, LAMPUNG – Bahasa Lampung merupakan rumpun bahasa Proto Malayan dan merupakan salah satu cikal bakal bahasa melayu kuna yang dipertuturkan oleh entitas rumpun suku bangsa Lampung disebagian provinsi Sumatera Selatan, bagian selatan provinsi Bengkulu, komunitas Cikoneng diprovinsi Banten dan tentunya diprovinsi Lampung sendiri.

Terdapat dua dialek dalam bahasa Lampung tersebut, yaitu dialek Api dan dialek Nyow dengan berbagai variannya [Van Der Tuuk]. Dialek Nyow dipertuturkan oleh entitas Abung, Tulang Bawang dan Melinting. Sementara dialek Api dipertuturkan oleh entitas Lampung disepanjang pesisir Lampung mulai dari selatan Bengkulu, Pesisir Barat, Pesisir Semaka, Pesisir Teluk Lampung, Pesisir Selatan dan Timur Lampung, Paksi Pak di Lampung Barat, Pubiyan dan Sungkay, Komering, Daya dan Ranau di Sumatera Selatan juga komunitas Cikoneng di Banten.

Sebagai upaya pelestarian dan pengembangan Bahasa Lampung, Kantor Balai Bahasa Provinsi Lampung dengan turut mengundang Gamolan Institute Lampung [GIL] dan Majelis Penyimbang Adat Lampung [MPAL] serta care-taker lainnya seperti Saibatin dan Penyimbang Adat Lampung, Dewan Guru Bahasa Daerah Lampung maupun Duta Bahasa Lampung sebagai representasi generasi muda menggelar lokakarya Penyusunan Data Kosakata Lampung diauditorium Hotel Marcopolo Bandar Lampung, pada Selasa silam, (21/5/2019).

img-20190529-wa00191937813052.jpg
Perwakilan Gamolan Institute Lampung dalam lokakarya Penyusunan Data Kosakata Lampung. Keterangan gambar (dari kiri-kanan): Andi Wijaya, Novel Sanggem dan Diandra Natakembahang. Foto : NS/IBC

Tiga tokoh perwakilan dari Gamolan Institute Lampung (GIL) seperti Diandra Natakembahang adoq Batin Budaya Poerba (penggiat Budaya & Bahasa Lampung yang juga dikenal sebagai Penyair dan Jurnalis), kemudian Novel Sanggem adoq Pengiran Mustika (aktivis, politisi, yang juga putri seorang Penyimbang), dan Andi Wijaya adoq Layang Marga Batin (pelaku Budaya dan seniman Lampung) yang diundang sebagai kontributor dalam lokakarya tersebut sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Balai Bahasa Lampung dalam mengidentifikasi dan collecting kosakata Bahasa Lampung.

“Patut di apresiasi, karena upaya merevitalisasi bahasa Lampung adalah sebagai salah satu pilar utama dari Peradaban Lampung,” tutur Novel.

Meski demikian diakui oleh ketiganya bahwa masih banyak pekerjaan rumah bagi Balai Bahasa Lampung serta stake-holder lainnya dalam pelestarian Bahasa & Aksara Lampung ini.

“Yang perlu diperhatikan adalah otentifikasi kosakata Lampung dalam pengumpulan dan penyusunan kosakata Lampung itu sendiri, kemudian otentifikasi sebaran penutur bahasa Lampung kaitannya dengan dialek juga sub dialeknya, untuk ini perlu pelibatan penutur sejati dari setiap sub dialek Bahasa Lampung,” ucap Diandra.

“Maka dari itu Kantor Bahasa Lampung juga memiliki peran strategis dalam mengelaborasi beragam media bagi pengaplikasian Bahasa Lampung seperti media broadcast televisi dan radio, juga media lainnya seperti media cetak dan reklame, dan yang tak kalah pentingnya adalah adanya kamus dalam dua dialek yaitu dialek Api dan dialek Nyow, mengingat bahwa diferensiasi antara kedua dialek ini dengan segala kekayaan idiom dan kosakatanya,” timpal Andi.

Editor : Yes

Berita ini telah tayang di Situs Berita INDONESIA BERITA