KABARSINJAI.COM, Sinjai – Dalam berbagai Literasi, baik data Belanda maupun beberapa data Lokal menuliskan bahwa Tellu LimpoE pada mulanya adalah aliansi atas Tiga Kerajaan yakni Bulo – Bulo, Lamatti, dan Raja. Meskipun secara Geografis, Raja sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Bone. Tapi secara emosional, Wilayah Raja memiliki histori yang cukup panjang dengan Lamatti dan Bulo – Bulo.
Dalam Buku Basrah Gissing, dituliskan bahwa Karaeng Tunipalangga memberi pesan kepada Arung Bulo – Bulo ketika bertamu di Kerajaan Gowa bersama dengan Arung Raja dan Arung Lamatti. Karaeng Tunipalangga memberi saran, bahwa sebaiknya ketiga kerajaan tersebut (Mattulu Tellu – Mattulu Tarajo) kiranya persaudaraan antara ketiga kerajaan tersebut tidak gampang putus.
Maka sebalik dari berkunjung ke Gowa, ketiga Kerajaan tersebuh berunding dan bermusyawarah (mabbahaneng) di Lamatti. Mereka menyambut baik saran Karaengnge ri Gowa. Di Aruhulah mereka mengangkat sumpah (mattelli) dan berjanji yang diisi dengan ada makerre (Kata – Kata sakral). Sebelum menanam sebatang Pohon Ajuara (Beringin) disana sebagai penanda bahwa ketiga kerajaan tersebut telah (Mattellu Limpo) dan diikat tali persaudaraan yang kuat.
Disisi lain, adapula yang berpendapat bahwa penamaan Tellu LimpoE atas dasar usulan Puatta Arumpone La Tenri Rawe Bongkangnge.
Kemudian, ada yang mempertanyakan dimana posisi Tondong dalam Tellu LimpoE ? Dalam beberapa kali diskusi dan kajian. Bahwa Bulo – Bulo dan Tondong diibaratkan sebagai satu – kesatuan. Bulo – Bulo Tondong berangkat dari satu pucuk leluhur yang sama dalam hikayat sejarah To Manurung. Sehingga kemudian Nama Tondong terintegrasi kedalam Bulo – Bulo.
TelluLimpoE kemudian tiba di tahun 1800-an. Ia bertransformasi meliputi enam Kerajaan Bocco ( Monarchie Otonom ) yaitu ; Bulo – Bulo, Tondong, Terasa, Manimpahoi Raja & Lamatti. Keenam Kerajaan Bocco tersebut berada dalam suatu federasi di bawah kepemimpinan Arung Bulo – Bulo selalu Ketua Federasi Tellu LimpoE. Secara Geografis, Tellu Limpo terpaut dalam tiga limpo, masing – masing ;
1. Limpo Pabbate – Bate (Mencakup Kerajaan Bulo – Bulo & Tondong)
2. Limpo Riattang Bulu (Mencakup Kerajaan Manimpahoi & Terasa, yang meliputi Manipi & Pao)
3. Limpo Riawang Bulu (mencakup Kerajaan Lamatti & Raja, meliputi Kahu, Kajuara, Patimpeng & Mario)
Sehingga dalam Lontara Bulo – Bulo, lazim disebut dalam Kalimat Populer yang sering dilafalkan dalam cerita rakyat sebagai berikut ;
“Tondong, Bulo – Bulo, Terasa, Manimpahoi, Raja, Lamatti. Ennengnge Mappajung Tanre, Tellu LimpoE Menre Mabbaho Bulu, Datu Tungkek’E ri Baringeng”.
TelluLimpoE kemudian tiba di tahun 1906, wilayah TelluLimpoE dijadikan 3 wilayah Regentschappen, yaitu Regenstchap Oost Bulo – Bulo termasuk Tondong dan wilayah pesisir. West Bulo – Bulo, termasuk Manipi & Manimpahoi. Serta Lamatti (Termasuk wilayah Raja bagian selatan Sungai Tangka).
Kemudian Pada tahun 1924, terjadi perubahan struktur Pemerintahan Hindia Belanda di Sulawesi Selatan. Dimana wilayah Tellu LimpoE dirubah menjadi 6 Adatgemeenschappen, yaitu Lamatti, Tondong, Bulo – Bulo Timur, Bulo – Bulo Barat, Manimpahoi & Manipi. Struktur ini berlangsung sampai pada tahun 1959. Dan akhirnya diubah menjadi suatu daerah Swantra Tingkat 2 dimana berdirinya Sinjai sebagai Kabupaten yang terdiri dari 5 Kecamatan yaitu ; Sinjai Utara, Sinjai Timur, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan, dan Sinjai Barat.
Belakangan, beberapa kecamatan di mekarkan, sehingga tercatat ada 4 tambahan Kecamatan, yakni; Kecamatan Bulupoddo, Pulau Sembilan, TelluLimpoE, dan Sinjai Borong.
Sembilan Kecamatan itu masih eksis sampai hari ini di bawah Panji-Panji berkibar ‘Kuda Jantan dari Selatan’. Meski wilayahnya kini telah diserap sebagian sebagai wilayah Kabupaten Bone, Gowa, dan Bulukumba.
Sumber Referensi :
Buku Basrah Gissing
Verslag
Bundel Salinan Lontarak Bulo – Bulo
Editor/ Andis