KABARSINJAI.COM – Sabirin Yahya adalah angin segar dalam percaturan politik Sinjai. Ia lahir bukan tanpa alasan. Ia adalah rakhmat masyarakat Sinjai yang membentuk pengetahuan orang-orang bahwa kepemimpinan itu adalah cinta. Sebuah hubungan rasa antara pemimpin dengan rakyatnya. Bahwa di dalam nadi keduanya adalah satu denyutan dan setiap rasa adalah sama rasa.
Di tubuhnya ada darah yang mengalir, darah dari seorang pejuang yang namanya tercatat dalam sejarah sebagai tokoh yang mengibarkan bendera perlawanan kepada penjajah Belanda. Tokoh yang ingin membangkitkan rakyatnya dari lapangan kehinaan. Dan ia adalah pembentuk kesadaran bahwa penjajahan itu harus dilawan. Ia adalah Yahya Mathan..
Kisah Bapaknya mungkin sudah ia telan mentah-mentah, ada hakikat yang ia tarik dari sana, semacam kata yang hendak menyelaraskan visi-misi dalam sikon yang berbeda. Visi tentang Demokrasi yang cerdas, dan menentang gaya pemimpin otoriter yang minta dipuja.
Dalam neraca pembangunan, Sabirin Yahya sukses berkali-kali membawa nama Sinjai masuk menuju pintu dalam tingkat keberhasilan yang memuaskan.
Nama Sinjai dielus-elus, dipuja-puji, Sabirin Yahya memang benar-benar telah menjadi angin segar sekali lagi untuk masyarakat Sinjai. Lima tahun ia menjadi nahkoda dan sukses membawa masyarakat Sinjai menuju pulau harapan. Hal itulah yang menjadi alasan sebagian banyak masyarakat memintanya untuk sekali lagi menjadi nahkoda lima tahun yang akan datang..
Sabirin Yahya tidak hanya menjadi Pemimpin dan mengatur strategi pembangunan semata, tetapi ia ada dalam posisi sebagai ‘orang tua masyarakat Sinjai’, dalam kacamata penulis ia adalah representasi dan reinkarnasi Yahya Mathan sebagai generasi emas yang tumbuh secara alami.
Sabirin Yahya sangat menghormati proses demokrasi, ia tidak pernah mengekang ASN ataupun bermain kayu untuk mencatut kemenangan, beliau juga bukan tipikal pendendam yang gemar melakukan tindakan mutasi pada kelompok PNS yang berjalan diluar kepentingannya. Ia adalah guru demokrasi yang harus diperkenalkan ke masyarakat luas, ia adalah kebanggaan dan orang tua yang harus dihormati.
Ia bilang, ‘Perbedaan pandangan jangan dijadikan alasan untuk terpecah-pecah sebagai daerah yang bersatu, perbedaan adalah rakhmat yang harus dihormati’.. (*)
Editor / Irawan