IBc, JAKARTA – Program dan kebijakan on the right track yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) selama empat tahun terakhir berhasil meningkatkan produksi dalam negeri secara signifikan. Lebih dari itu, hasil yang dicapai berada pada titik membanggakan.
“Upaya dan kerja keras ini mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri secara baik serta mendorong ekspor produk pertanian Indonesia ke berbagai negara, termasuk ke Jepang,” ujar Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian, Ketut Kariyasa, Selasa (25/6/2019) kemarin.
Kariyasa menjelaskan, secara keseluruhan nilai ekspor ke Jepang selama periode 2014-2018 meningkat tajam, yakni 24,58 persen sampai dengan 24,27 persen, dengan total barang yang dikirim sebanyak 744,3 ribu ton atau Rp 12,99 triliun.
“Jumlah tersebut meningkat tajam pada tahun 2014 menjadi 1,01 juta ton atau Rp 16,14 triliun di tahun 2018,” imbuh Kariyasa.
Menurut Kariyasa, peningkatan ini juga diikuti dengan rangkain hasil positif surplus neraca perdagangan produk pertanian Indonesia ke Jepang. Pasalnya, selama 2014-2018, produksi pertanian Indonesia dalam volume 24,98 persen kian meningkat dari 736,6 ribu ton menjadi 994,3 ribu ton.
“Jika dirupiahkan, nilainya meningkat 23,84 persen dari Rp 12,82 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp Rp 15,88 triliun pada tahun 2018,” ucapnya.
Sekedar diketahui, peningkatan ekspor dan suplus neraca perdagangan produk pertanian Indonesia tidak hanya terjadi pada negara-negera Asean saja, melainkan juga terjadi pada Eropa seperti Belanda, Spanyol, Italia, Irlandia, Belgia, Filandia, Luxembourg, Swedia, Denmark, Prancis dan Yunani.
“Sebagai contoh, dalam empat tahun terkahir, volume ekspor dan surplus neraca perdagangan produk pertanian Indonesia ke Belanda meningkat masing-masing 1,84 persen pertahun dan 1,68 persen pertahun,” katanya.
Meski demikian, ke depan pihaknya akan terus mendorong peningkatan ekspor produk pertanian melalui berbagai kebijakan dan program terobosan, seperti kemudahan proses eskpor, perbaikan sistem layanan karantina dan membangun kawasan pertanian berbasis keunggulan komparatif dan kompetitif.
“Kemudian kita juga melakukan diplomasi untuk memperluas jenis komoditas dan tujuan pasar ekspor ke negara-negara baru,” tukasnya.
Editor : DR
Berita ini telah tayang di Situs Berita INDONESIA BERITA